Sabtu, 15 Oktober 2011

POLITISI DI NEGERI KLEPTOKRASI

masi ingatkah kita sebuah iklan yang kerap kali muncul di media masa baik cetak maupun elekronik, sebuah iklan yang sangat populer saat menjelang hari anti korupsi sedunia tahun lalu, iklan itu terlihat dengan sangat tegas dan tanpa ragu-ragu menyatakan “katakan tidak untuk korupsi”, iklan ini merupakan sebuah pencitraan dari partai demokrat yang katanya sangat anti terhadap tindakan korupsi dan sebuah cerminan dari partai demokrat untuk melawan korupsi di negeri ini.Masi ingatkah presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan para petinggi partai demokrat atas ucapan mereka ? mungkin publik di Negara ini sangat meragukan ingatan dari para politisi partai demokrat karena Di berbagai media masa, baik cetak dan elekronik berita tentang seorang Politisi Partai Demokrat yang bernama Nazaruddin selalu mengiasi. Seketika Politisi tersebut sangat terkenal mengalahkan aktris di negeri ini, ia telah membuat seluruh Rekan – Rekannya dan masyarakat Kaget. Kaget ketika mendegar Berita Bahwa ia sebagai aktor pada kasus Suap pada proyek Wisma Atlet sea games di jakabaring palembang. Terlepas benar atau tidaknya pemberitaan ini, namun peristiwa ini semangkin menambah volume nada minor tentang perilaku politisi partai demokrat dan perilaku Anggota DPR RI.
            Perilaku Korupsi selalu menghiasi dinegeri ini, dan Negara–Negara berkembang lainya, tidak hanya kelas penguasa dipusat, Korupsi juga sampai ke tahap kepala Desa, dan setiap sudut birokrat di negeri ini melakukannya. Dari mulai yang Recehan sampai triliunnan, Korupsi begitu mengakar di indonesia, maka tidak heran indonesia di sebut sebagai Negara kleptokrasi. Kleptokrasi berasal dari bahasa latin Kleptein dan cracy, kleptein yang berakti mencuri  dan mengambil paksa sesuatu yang bukan Haknya, dan cracy adalah pemerintahan.Negara kleptokrasi adalah Negara yang inegaliter yang sama sekali tidak adil, intinya dari Negara kleptokrasi adalah memindahkan kekayaan nasional dari Rakyat kepada Lapisan atas penguasa.
Amien Alhumami (2005) menegaskan dalam Negara kleptokrasi terdapat empat aktor kunci yang menyuburkan persengkokolan korupsi yaitu pejabat Negara, aparat birokrasi, anggota parlemen dan sektor swasta serta palaku bisnis. Relasi kuasa di antara keempat aktor tersebut mengunakan Patron-Client Relationship dengan komitmen memberikan keuntungan mutualistik.
Dalam ilmu psikologi kleptomania adalah penyakit jiwa yang mendorong seseorang mencuri sesuatu,meskipun ia telah memiliki sesuatu yang di curinya, karena itu pengidap kleptomania berwatak sangat serakah.Negara kleptokrasi seperti Negara yang di gambarkan oleh filosofi Friederick Nietzsche, ibarat moster yang paling dingin dari yang terdingin karena beroperasi mencuri harta kekayaan penduduk dengan bermacam alasan, sehingga elit korup ibarat kera yang saling menginjak untuk mendapatkan materi dan kekuasaan.
            politisi yang korup di negeri ini seperti virus ganas yang menular yang semangkin teroganisir. dari penguasa di eksekutif, legislatif dan perusahaan-perusahaan BUMN terus menyebarkan virus korupsi dan menjadi tempat-tempat transaksi-transaksi keputusan yang menguntungkan para penguasa dan kroni-kroninya. Sangat di sayangkan Korupsi di negeri ini sudah di anggap sebagai budaya yang terus di warisan dan di lestarikan. Sehingga banyak menimbulkan istilah-istilah yang kerap kali kita dengar di masyarakat seperti “Hepeng Do Magatur Negara On”,yang artinya “Uang yang Mengatur Nagara ini” istilah ini menandakan bahwa masyarakat sudah terbiasa atas fenomena korupsi yang terjadi di birokrasi pemerintahan baik di daerah tingkat dua hingga ke pusat. istilah ini mencerminkan bahwa telah terjadi pembiaran dan apatisme masyarakat kepada praktek-praktek korupsi.
Perbaikan Moral
Fenomena korupsi yang semangkin subur di negeri ini menandakan bahwa terjadi degradasi moral di kalangan para pemimpin dan birokrat di negeri ini.hal ini menyebabkan Negara ini terperosok ke dalam jurang kleptokrasi, dan politik yang bernafaskan kepentingan pribadi.
            Persoalan yang harus di atasi sekarang adalah bagaimana seluruh elemen masyarakat harus menumbuhkan/mengembangkan budaya anti korupsi dan nilai-nilai luhur agama di lembaga-lembaga pendidikan,mulai dari pendidikan dasar hingga ke perguruan tinggi, mungkin hal ini membutuhkan waktu yang lelatif lama dan kerja keras yang menguras stamina. Namun perjuangan ini merupakan perjuangan yang nyata untuk melawan korupsi di Negara ini yang pejabatnya telah mengalami ganguan jiwa yang sangat parah, dan mengidap penyakit kleptomaniak yang semangkin ganas dan terus menyebarkan virus ke generasi yang lebih mudah.
Penulis adalah Sekretaris KDK SMUR UNIMAL dan Siswa Sekolah Demokrasi Aceh Uatara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar