Oleh: Jefri Susetio
SENIN,
17 April 2012, Komisi Independent Pemilihan (KIP) Aceh melakukan rapat pleno di
gedung DPRA, Rapat pleno yang di hadirin KIP se-Aceh dan saksi dari empat calon
kandidat gebernur kecuali saksi dari kubu irwandi yang absen. menetapkan DR
Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf sebagai Gebernur dan wakil Gebernur Aceh untuk
periode 2012-2017.
Kemenangan
ini mengigatkan saya dengan sebuah istilah yang diberikan untuk Bill Clinton,
Presiden Amerika Serikat. the comeback
kid, istilah ini muncul kerena Bill Clinton di kenal “lihai” dalam
berpolitik. “kelihaian” Bill Clinton membuat lawan politiknya selalu gagal dan
beliau tampil sebagai pemenang. Dalam konteks Politik Aceh saat ini, the comeback kid sebuah istilah yang
pantas diberikan untuk Partai Aceh, mengigat Partai Aceh telah membuktikan
bahwa dirinya selalu tampil sebagai “jawara” dalam setiap “pergulatan” politik
di Aceh.
Sebagai
gebernur baru, akankah DR Zaini Abdullah terus bersinar ? apakah dalam
pemilukada 2017, ia bakal terpilih kembali kerena prestasi pemerintahannya ?
ataukah dia bakal mengikuti pola sedih gebernur Aceh sebelumnya ?
Pertanyaan
ini muncul karena sejarah kepemimpinan gebernur Aceh bukanlah kisah yang
menyenangkan. Abdulallah puteh misalkan mengakhiri drama politiknya sebagai
gebernur Aceh dengan dramaktis, wibawa dan karakternya terbunuh karena
tersandung kasus korupsi.
Irwandi
tampil sebagai gebernur alternatif di Aceh. Pasca konflik dan Tsunami rakyat
sangat berharap banyak dengan beliau. awalnya beliau di puji karena program kerjanya
di anggap pro rakyat. namun akhirnya, irwandi di tolak rakyat untuk memerintah
kembali dalam pemilukada langsung.
Dinamika
politik di Aceh saat ini penuh warna, dan dinamis. dengan sumber keuangan yang
besar tentu saja harapan rakyat atas kinerja zaini Abdullah samangkin besar
pula. Semangkin besar harapan maka semangkin mudah kecewa.
mayoritas
masyarakat Aceh mengharapkan Zaini Abdullah sukses memimpin Aceh. Namun disisi
lain banyak pihak atau eliet politik yang mengharapkan sebaliknya. Pertarungan
eliet politik di Aceh tampaknya akan menjadi permanen. Dan “endingnya” untuk
mengurangi popularitas Partai Aceh.
Zaini
Abdullah mungkin saja tidak mendapatkan ganguan diparlemen. Kerena mayoritas
anggota DPRA dari Partai Aceh, namun Zaini Abdullah belum tentu mampu
mengendalikan kalangan civil society sebagai pengontrol kebijakanya di luar parlemen.
“Kelak” apabila kebijakan Zaini Abdullah tidak populer dan di anggap tidak pro
rakyat maka gerakan-gerakan protes akan terus bermunculan dan hal ini bakal di
manfaatkan oleh berbagai eliet untuk menggoyang Zaini Abdullah.
Hanya
pemerintahan yang bersih dari korupsi. dan kebijakan yang menyentuh hati
rakyat.lah yang harus diwujudkan. apabila Zaini Abdullah ingin terus mendapatkan
dukungan rakyat. untuk menghujudkan kebijakan yang menyentuh rakyat, apa yang
dapat di kerjakan gebernur baru ?
selama kampanye Zaini Abdullah dan
Muzakir manaf (ZAKIR) sudah menjanjikan berbagai perubahan untuk Aceh seperti melanjutkan
Program JKA, Naik Haji gratis, mengangkat pegawai honorer menjadi PNS,
pendidikan gratis dari TK hingga perguruan tinggi, memberi bantuan 1 juta
setiap per-bulannya untuk tiap KK, mendatangkan dokter asing, dan yang paling
fenomenal adalah menjadikan Aceh seperti Singgapore, Brunei, Qatar. Terlepas
janji kampanye ini di anggap rasioanal dan inrasional oleh berbagai kalangan
yang jelas rakyat mengharapkan perubahan taraf hidup yang lebih baik. Gebernur
akan di anggap seperti “supermen” apabila dapat membuktikan janji manisnya.
Untuk
menghujudkan “janji manis”nya, medan berat pertama yang harus di hadapi Zaini
Abdullah adalah secepatnya mungkin megurangi penganguran di Aceh. Kenapa ?
karena angkah penganguran di Aceh masih tinggi. pada Februari 2012 saja penganguran
di Aceh mencapai 164 ribu jiwa. meningkat 15 ribu jiwa lebih di banding 2011 (Analisa, 12 mei 2012).
Besarnya
angkah penganguran di Aceh akan menjadi permasalahan yang urgen untuk Aceh
mulai dari pemicu tingkat kriminalitas sampai pada meningkanya angkah
kemiskinan, dan hal ini juga dapat menjadi indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi
Aceh saat ini sangat lambat. Kalau memang Zaini Abdullah ingin menjadikan Aceh
seperti Singgapore, Qatar dan Brunei hal yang paling utama yang harus di
lakukan adalah megurangi angkah penganguran di Aceh.
Selama
ini pemerintah tidak memiliki solusi jitu untuk megurangi angkah penganguran indikasinya
adalah pernyataan irwandi yang memintah warga Aceh untuk mencari kerja di luar
Aceh (Harian Aceh, 22 Desember 2011).
Akankah kegagalan irwandi akan terulang kembali ? dan sudahkah Zaini Abdullah
mempersiapkan beragam solusi untuk mengatasi masalah ini ? rakyat Aceh menanti.
Tantangan
yang dihadapi gebernur baru Adalah mampukah gebernur baru mengurangi
penganguran di Aceh ? Di balik perekonomian
mikro negara yang sedang “kembang-kempis”. Ada sekitar 164 ribu orang menanti
pekerjaan di Aceh. Pekerjaan butuh investasi dan investasi butuh kenyamanan
lingkungan. Mulai dari keamanan, perpajakan, penegakan supremasi hukum dan birokrasi
yang efisien dan bersih.
Ketika berbagai masalah yang menghambat
tumbuhnya investasi di Aceh tidak dapat di atasi dalam waktu singkat. Maka
janji manis Zaini Abdullah-muzakir manaf saat kampanye akan sulit terpenuhi
selama Dua tahun kepemimpinannya. Bahkan 5 tahun kepemimpinannya, dan Aceh yang
akan di jadikan seperti Brunie, Singapore dan Qatar hayalah “khayalan”.
Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf di
hadapkan dengan tantangan yang sangat berat saat ini. Ketika ia tampil dengan
inovasi yang biasa-biasa saja. Di pastikan Zaini Abdullah akan gagal
menghujudkan janjinya dan tentu saja mengulangi kisah tragis gebernur Aceh
sebelumnya, yang di puja di awal dan di tolak untuk memimpin Aceh kembali.
Perlu inovasi yang luar biasa, dan reformasi birokrasi yang maha dasyat kalau
Zaini Abdullah ingin berhasil membawa perubahan untuk Aceh.
Penulis
adalah Mahasiswa Ilmu Politik di Universitas Malikussaleh Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar