Oleh : Jefri Susetio
SEKTOR
pendidikan merupakan hal yang paling urgen dalam meningkatkan pembangunan
bangsa, peran pendidikan sangat startegis sebagai investasi sumber daya manusia
yang di harapkan dapat mengangkat taraf hidup manusia karena pendidikan yang
bermutu merupakan syarat utama untuk menghujudkan kesejahteraan bangsa.
Potret
buram pendidikan menjadi perbincangan mulai Republik ini di proklamasikan
sampai dengan saat ini. Rendahnya kualitas pendidikan menjadi masalah yang tiada
henti untuk di perbincangkan. segalah
formasi telah di lakukan namun mutu pendidikan tidak perna mengalami
peningkatan lantas masalah apa yang sesungguhnya meneggelamkan pendidikan ?
Yang
menjadi masalah klasik pendidikan di sebagian besar daerah di indonesia adalah banyaknya gendung
sekolah yang rusak, tidak meratanya kualitas tenaga pengajar dan kesenjangan fasilitas pendidikan antara kota dan
desa serta minimnya alokasikan dana untuk sektor pendidikan sehingga upaya
untuk menghujudkan pendidikan yang berkualitas menjadi terhambat.
apakah
fenomena yang sama juga terjadi di Aceh ? sehingga mutu pendidikan di Aceh sangat rendah ? Aceh
mempunyai kondisi yang berbeda dengan daerah lain di indonesia, tidak hanya
masalah klasik yang menghambat mutu pendidikan di Aceh namun konflik
bersenjatah yang begitu panjang antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan
Republik Indonesia (RI) juga sangat mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan di
Aceh.
“Uda
jatuh tertimpah tanggah
lagi” pribahasa ini tepat untuk menggambarkan kondisi sosial Aceh
beberapa tahun yang lalu. belum selesai proses perbaikan sekolah-sekolah yang di bakar akibat
konflik kemudian Aceh di kejutkan dengan becana gempa bumi dan tsunami yang
maha dasyat sehingga membuat ratusan sekolah di Aceh mengalami kerusakan parah
bahkan banyak yang ilang tanpa bekas.
Untuk
merespon masalah pendidikan di Aceh akibat bencana gempa bumi dan tsunami berbagai
NGO yang berkaliber internasional dengan sigap membangun 643 sekolah baru yang tersebar di
seluruh provinsi Aceh, dan lebih dari 2 juta eksemplar buku mengalir ke Aceh,
inisiatif juga datang dari pemerintah Aceh. kucuran
dana yang sangat besar terus mengalir untuk membenahi mutu pendidikan Aceh.
Setiap
tahunnya pemerintah Aceh menguncurkan dana 1 triliun lebih/20 persen dari APBA+
otsus + migas untuk membenahi mutu pendidikan Aceh, yang sangat ironis besarnya alokasi
dana untuk pendidikan tidak mampu mengangkat mutu pendidikan Aceh menjadi lebih
baik. yang terlihat hayalan gedung sekolah
dan fasilitasnya yang sudah baik namun kapisitas siswanya masih diragukan.
Indikasi
kecil rendahnya mutu pendidikan di Aceh adalah prestasi siswa Aceh di bidang
IPS pada SNMPTN 2011 menduduki peringkat ke 25 di indonesia, tragis memang
dengan angkah kelulusan siswa SMA/sederajat yang mengikutin UN mencapai 85,41% teryata
sangat bertolak belakang dengan hasil SNMPTN.
sementara menurut
data badan pusat statistik (BPS) indeks pembangunan manusia (IPM) Aceh
sepanjang tahun 1996-2009 berada pada peringkat 18-17. Kemudian menurut hasil laporan
pembangunan manusia (LPM) pada tahun 2010 hasil kerja-sama BPS, Pemerintah Aceh
dan badan PBB untuk program pembangunan (UNDP) mengungkapkan sektor pendidikan
Aceh mengalami kesenjangan yang sangat besar antara pantai barat dan pantai
timur Aceh.
Benang Merah pendidikan Aceh
Sebenarnya sudah
bosan orang (termasuk saya) membicara nasib guru. Namun kalau kita mengemukakan
topik pendidikan seperti kita tidak bisa lepas dari Guru. Dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan Aceh, tentu saja guru menjadi peran setral yang
tidak bisa di lepaskan.
Sehingga
tidak hanya persoalan mutu dari tenaga pengajar yang harus di perhatikan tapi distribusi guru di daerah terpencil juga harus menjadi perhatian serius
oleh pemerintah.
karena selama ini, guru yang mengajar di daerah terpencil sangat minim dan
tentu saja hal ini menjadi suatu permasalahan dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
Cara pandang guru bukan profesi
tetapi vokasi sehingga seorang guru jiwanya terpangil untuk mengajar dan mereka
senang dalam melakukan tugasnya. adalah suatu hal yang harus di sosialisasikan
sehingga seorang guru menjadi arif dalam mengajar dan tentu saja upaya untuk
mensejahterakan guru melalui berbagai program yang telah ada harus lebih di
tingkatkan.
Selain itu pengawas sekolah seharusnya
lebih pro aktif dalam melakukan kontolnya di tiap-tiap sekolah sehingga ada
evaluasi dari pengajaran yang dilakukan guru dan efektifitas proses belajar
mengajar akan lebih aktif. Ketika proses belajar mengajar sudah sangat aktif maka
akan membangkitkan minat baca dari siswa.
Saya melihat benang merah rendahnya
mutu pendidikan di Aceh saat ini. Terletak pada proses Rekrutmen guru. seharusnya proses
Rekrutmen guru harus
lebih terbuka dan dinamis tentu saja mengutamakan intelektualitas. program indonesia mengajar yang di buat
anis bawesda, bisa menjadi rujukan bagi dinas pendidikan Aceh, dalam upaya
memperbaiki mutu pendidikan. Sehingga tidak ada lagi kesenjangan kualitas guru
yang mengajar di kota dengan di desa.
Bangsa yang maju bukanlah bangsa
yang memuja teknologi tinggi tetapi bangsa yang memprioritaskan pendidikan
secara nyata. Dan pendidikan menurut ukuran apapun sangatlah penting bagi
kemajuan bangsa. Bangsa yang tidak menghargai para pendidik dan
pemikir-pemikirnya adalah bangsa yang menuju keruntuhan.
Kunci sukses
menjawab berbagai permasalahan yang terjadi di Aceh dan menata pembangunan di
wilayah Aceh adalah dengan pengguatan sumber daya manusia yang megedepankan
pembangunan pendidikan secara konsisten dan bermutu, sehingga mampu memyongsong
masa depan Aceh yang lebih gemilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar