Senin, 30 Juli 2012

Masa Suram Pendidikan Aceh


Oleh : Jefri Susetio
            SEKTOR pendidikan merupakan hal yang paling urgen dalam meningkatkan pembangunan bangsa, peran pendidikan sangat startegis sebagai investasi sumber daya manusia yang di harapkan dapat mengangkat taraf hidup manusia karena pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk menghujudkan kesejahteraan bangsa.
            Potret buram pendidikan menjadi perbincangan mulai Republik ini di proklamasikan sampai dengan saat ini. Rendahnya kualitas pendidikan menjadi masalah yang tiada henti untuk di perbincangkan. segalah formasi telah di lakukan namun mutu pendidikan tidak perna mengalami peningkatan lantas masalah apa yang sesungguhnya meneggelamkan pendidikan ?
            Yang menjadi masalah klasik pendidikan di sebagian besar  daerah di indonesia adalah banyaknya gendung sekolah yang rusak, tidak meratanya kualitas tenaga pengajar dan kesenjangan fasilitas pendidikan antara kota dan desa serta minimnya alokasikan dana untuk sektor pendidikan sehingga upaya untuk menghujudkan pendidikan yang berkualitas menjadi terhambat.  
            apakah fenomena yang sama juga terjadi di Aceh ? sehingga mutu pendidikan di Aceh sangat rendah ? Aceh mempunyai kondisi yang berbeda dengan daerah lain di indonesia, tidak hanya masalah klasik yang menghambat mutu pendidikan di Aceh namun konflik bersenjatah yang begitu panjang antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Republik Indonesia (RI) juga sangat mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan di Aceh.
            “Uda jatuh tertimpah tanggah lagi” pribahasa ini tepat untuk menggambarkan kondisi sosial Aceh beberapa tahun yang lalu. belum selesai proses perbaikan sekolah-sekolah yang di bakar akibat konflik kemudian Aceh di kejutkan dengan becana gempa bumi dan tsunami yang maha dasyat sehingga membuat ratusan sekolah di Aceh mengalami kerusakan parah bahkan banyak yang ilang tanpa bekas.
            Untuk merespon masalah pendidikan di Aceh akibat bencana gempa bumi dan tsunami berbagai NGO yang berkaliber internasional dengan sigap membangun 643 sekolah baru yang tersebar di seluruh provinsi Aceh, dan lebih dari 2 juta eksemplar buku mengalir ke Aceh, inisiatif juga datang dari pemerintah Aceh. kucuran dana yang sangat besar terus mengalir untuk membenahi mutu pendidikan Aceh.
            Setiap tahunnya pemerintah Aceh menguncurkan dana 1 triliun lebih/20 persen dari APBA+ otsus + migas untuk membenahi mutu pendidikan Aceh, yang sangat ironis besarnya alokasi dana untuk pendidikan tidak mampu mengangkat mutu pendidikan Aceh menjadi lebih baik. yang terlihat hayalan gedung sekolah dan fasilitasnya yang sudah baik namun kapisitas siswanya masih diragukan.
            Indikasi kecil rendahnya mutu pendidikan di Aceh adalah prestasi siswa Aceh di bidang IPS pada SNMPTN 2011 menduduki peringkat ke 25 di indonesia, tragis memang dengan angkah kelulusan siswa SMA/sederajat yang mengikutin UN mencapai 85,41% teryata sangat bertolak belakang dengan hasil SNMPTN.
sementara menurut data badan pusat statistik (BPS) indeks pembangunan manusia (IPM) Aceh sepanjang tahun 1996-2009 berada pada peringkat 18-17. Kemudian menurut hasil laporan pembangunan manusia (LPM) pada tahun 2010 hasil kerja-sama BPS, Pemerintah Aceh dan badan PBB untuk program pembangunan (UNDP) mengungkapkan sektor pendidikan Aceh mengalami kesenjangan yang sangat besar antara pantai barat dan pantai timur Aceh.
            Benang Merah pendidikan Aceh
            Sebenarnya sudah bosan orang (termasuk saya) membicara nasib guru. Namun kalau kita mengemukakan topik pendidikan seperti kita tidak bisa lepas dari Guru. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan Aceh, tentu saja guru menjadi peran setral yang tidak bisa di lepaskan.
            Sehingga tidak hanya persoalan mutu dari tenaga pengajar yang harus di perhatikan tapi distribusi guru di daerah terpencil juga harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah. karena selama ini, guru yang mengajar di daerah terpencil sangat minim dan tentu saja hal ini menjadi suatu permasalahan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
            Cara pandang guru bukan profesi tetapi vokasi sehingga seorang guru jiwanya terpangil untuk mengajar dan mereka senang dalam melakukan tugasnya. adalah suatu hal yang harus di sosialisasikan sehingga seorang guru menjadi arif dalam mengajar dan tentu saja upaya untuk mensejahterakan guru melalui berbagai program yang telah ada harus lebih di tingkatkan.
            Selain itu pengawas sekolah seharusnya lebih pro aktif dalam melakukan kontolnya di tiap-tiap sekolah sehingga ada evaluasi dari pengajaran yang dilakukan guru dan efektifitas proses belajar mengajar akan lebih aktif. Ketika proses belajar mengajar sudah sangat aktif maka akan membangkitkan minat baca dari siswa.
            Saya melihat benang merah rendahnya mutu pendidikan di Aceh saat ini. Terletak pada proses Rekrutmen guru.  seharusnya proses Rekrutmen guru harus lebih terbuka dan dinamis tentu saja mengutamakan intelektualitas. program indonesia mengajar yang di buat anis bawesda, bisa menjadi rujukan bagi dinas pendidikan Aceh, dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan. Sehingga tidak ada lagi kesenjangan kualitas guru yang mengajar di kota dengan di desa.
            Bangsa yang maju bukanlah bangsa yang memuja teknologi tinggi tetapi bangsa yang memprioritaskan pendidikan secara nyata. Dan pendidikan menurut ukuran apapun sangatlah penting bagi kemajuan bangsa. Bangsa yang tidak menghargai para pendidik dan pemikir-pemikirnya adalah bangsa yang menuju keruntuhan.
Kunci sukses menjawab berbagai permasalahan yang terjadi di Aceh dan menata pembangunan di wilayah Aceh adalah dengan pengguatan sumber daya manusia yang megedepankan pembangunan pendidikan secara konsisten dan bermutu, sehingga mampu memyongsong masa depan Aceh yang lebih gemilang.
Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Politik Di Universitas Malikussaleh Aceh 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar