Minggu, 24 Maret 2013

Chairutman Harahap Kalah ?


Oleh : Jefri Susetio, S.IP

CHAIRUTMAN Harahap Kalah ? pertanyaan ini bukan saja di ajukan untuk pendukung Chairutman dan partai golkar. tapi juga bagi seluruh pengiat politik di sumut, Kendati hasil resmi penghitungan suara KPU belum di umumkan namun hasil Quick Count menunjukan bahwa posisi chairutman berada pada urutan kelima dengan perolehan suara 9,29%, melihat perolehan suara hasil Quick Count ini dapat di katakan bahwa chairutman pasti kalah.

Padahal dilihat dari track recordnya chairutman adalah tokoh masyarakat yang di kenal luas di sumatera utara, karir politiknya bersama golkar juga sangat mulus. Sebagai anggota DPR RI chairutman juga dikenal sebagai anggota dewan yang dekat dengan konstituennya. Tidak hanya itu sosok chairutman juga tidak perna mendapat berita miring dari berbagai media, lantas mengapa chairutman terbenam di klasmen bawah bursa calon gubsu ? padahal partai yang mengusungnya adalah golkar, partai pemenang pemilu 2004 ini merupakan partai modern yang memiliki basis massa mengakar hingga ke desa-desa dengan sumber daya manusia yang paling berkualitas.



Tidak tanggung-tanggung PPP ikut mendukung chairutman. Dukungan PPP kepada chairutman jelas menambah power mesin politik chairutman tapi sangat disayangkan ibarat mobil seharusnya mesin politik chairutman dapat melajut dengan kencang di banding pasangan lain tapi itu dapat terjadi apabila mobil tidak terjebak macet. Dalam pemilukada kemaren mobil chairutman terjebak macet di pusat kota akibatnya tidak dapat lari dengan kencang sementara mobil lain yang telah kalah start dari chairutman memilih jalan arternatif agar dapat berlari dengan kencang.

Beragam tafsir politik dapat diberikan untuk menjelaskan fenomena tersingkirnya chairutman dalam pesta demokrasi di sumut. pertama elit golkar di tingkat kabupaten kota mungkin tidak ada niat menghidupkan mesin politiknya. Walaupun ada perinta untuk memobilisasi dari DPW untuk membantu chairutman namun aturan itu sepertinya tidak dilakukan mereka.

harus disadari bahwa dinamika pemilu berbeda dengan pemilukada. Saat pemilu mesin politik golkar dapat hidup hingga ke pelosok desa untuk mencari kantong-kantong suara karena elite partai golkar berjuang untuk lolos menjadi anggota legislatif namun dalam pemilukada pergerakan mesin politik golkar terkesan sangat lambat. Hanya kader-kader yang loyal terhadap partai yang mau mengerakan mesin politik golkar saat pemilukada.
Pada dasarnya mengerakkan mesin politik membutuhkan dana besar. Dalam kalkulasi politik tidak mungkin para kader golkar mengeluarkan dana yang cukup besar sementara yang menjadi gebernur orang lain. Seadainya dana itu disediakan belum tentu juga mesin politik golkar dapat bergerak kalau tidak ada jaminan gebernur terpilih menguntungkan karir politik para elite di daerah.

Kedua mungkin saja politisi golkar di daerah tidak setuju dengan calon gebernur yang di usung partainya. Memang tidak ada DPC dan kader yang membantah keputusan partai dalam mengusung chairutman sebagai calon gebernur sumut. Namun tidak semua kader partai mau tunduk terhadap aturan yang di buat DPW. Apabila di lihat secara psikologis kader partai yang kecewa mungkin saja hanya diam dan tidak berani melawan keputusan DPW tapi mereka melakukan pembangkangan secara diam-diam, secara formal mereka terkesan mendukung langka partai namun di bawah permukaan mungkin saja mereka bekerja untuk calon gebernur yang lain.



Ketiga di sinyalir kemungkinan adanya penolakan konstituen golkar terhadap chairutman. Elite politik di DPW boleh saja memintak dukungan para konstituennya. Namun kemunculan Tengku Erry Nurdin sebagai calon wakil gebernur sumut yang di usung PKS memberikan alternatif pilihan bagi kontituen golkar.
Sosok tengku erry nurdin sebagai tokoh melayu yang juga kader partai golkar selama ini terkesan cukup baik beragam penghargaan telah di perolehnya ketika menjabat sebagai Bupati Sedang Bedagai tentu saja kemunculan tengku erry sebagai wakil gebernur yang mendampingi gatot mampu memecah suara kontituen golkar. Sehingga perolehan suara chairutman terperosok pada urutan kelima.

Harus di akui Sebagai incumbent gotot dan tengku erry nurdi memiliki figus yang lebih berkesan di hati masyarakat sumut. tanpa di sadari sosoknya telah tersosialisasikan jauh sebelum chairutman mensosilisasikan dirinya. Dengan jaringan birokrasi yang mengintari gotot dan tengku erry nurdin selama menjabat sebagai kepala daerah tentu saja menguntungkan mereka guna memperoleh pundi-pundi suara yang besar

Namun bagaimanapun hasil suara yang diperoleh chairutman saat ini, sosoknya tetap memberikan kesan kepada pendukungnya. Chairutman merupakan tokoh sumut yang telah mendapatkan simpati konstituen golkar karena cara kampanyenya yang bersih dan tenang.

Penulis adalah pemerhati politik berdomisili di Lubuk Pakam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar